Shuuji/Shodo
Pengertian Shodo
Seni menulis indah menggunakan kuas dan tinta
hitam atau yang lebih dikenal dengan istilah kaligrafi sudah ada sejak
beribu-ribu tahun yang lalu. Kaligrafi pertama kali dikembangkan di
negeri China. Awalnya kaligrafi mengutamakan keindahan tulisan saja,
namun lama-kelamaan mengarah ke sebuah seni. Seni ini lalu diperkenalkan
di Jepang pada abad ke 17 bersamaan dengan penyebaran agama Budha dari
India menuju Korea, China, dan Jepang, di mana kitab suci Budha sudah
ditulis dengan kaligrafi China saat agama tersebut diperkenalkan di
Jepang.
Shodo dalam bahasa jepang yang artinya Kaligrafi (the Way of Brush), yang berasal dari huruf kanji kaku (menulis) dan michi(cara) adalah salah satu bentuk seni yang telah di pelajari selama lebih dari 3000 tahun yang lalu. Meskipun shodo merupakan kebudayan yang cukup kuno, namun orang Jepang masih mempertahankan kebudayaan itu, terbukti hingga saat ini masih banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya, bahkan di sekolah-sekolah para murid (biasanya murid SD) diajarkan shodo. Pengetahuan akan seni kaligrafi adalah salah satu langkah yang penting di dalam memahami budaya Jepang. Kaligrafi bukan hanya sebuah latihan menulis yang baik, tetapi lebih merupakan awal mula nya bentuk seni dari oriental. Kaligrafi adalah sebuah kombinasi antara skill dan imajinasi seseorang yang telah belajar secara intensive penggunaan kombinasi-kombinasi garis-garis. Sekilas shodo tampak mudah dibuat, namun orang yang masih pemula akan langsung mengalami kesulitan saat mencobanya, karena banyaknya hal yang harus diperhatikan, mulai dari keseimbangan bentuk tulisan, tarikan garis, tebal-tipisnya garis, hingga irama tulisan.
Shodo dalam bahasa jepang yang artinya Kaligrafi (the Way of Brush), yang berasal dari huruf kanji kaku (menulis) dan michi(cara) adalah salah satu bentuk seni yang telah di pelajari selama lebih dari 3000 tahun yang lalu. Meskipun shodo merupakan kebudayan yang cukup kuno, namun orang Jepang masih mempertahankan kebudayaan itu, terbukti hingga saat ini masih banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya, bahkan di sekolah-sekolah para murid (biasanya murid SD) diajarkan shodo. Pengetahuan akan seni kaligrafi adalah salah satu langkah yang penting di dalam memahami budaya Jepang. Kaligrafi bukan hanya sebuah latihan menulis yang baik, tetapi lebih merupakan awal mula nya bentuk seni dari oriental. Kaligrafi adalah sebuah kombinasi antara skill dan imajinasi seseorang yang telah belajar secara intensive penggunaan kombinasi-kombinasi garis-garis. Sekilas shodo tampak mudah dibuat, namun orang yang masih pemula akan langsung mengalami kesulitan saat mencobanya, karena banyaknya hal yang harus diperhatikan, mulai dari keseimbangan bentuk tulisan, tarikan garis, tebal-tipisnya garis, hingga irama tulisan.
Di dunia barat, kaligrafi di
maksudkan untuk menekan individu dan untuk menciptakan gaya yang sama.
Kaligrafi Jepang (sho dalam bahasa Jepang) berupaya untuk membawa suatu
kata kedalam kehidupan, dan memberikan nya anugrah dengan bentuk
karakter. Gaya kaligrafi Jepang sangat individualistik, berbeda dari
satu orang ke orang yang lain. Kaligrafi Jepang menghadirkan suatu
masalah bagi orang barat yang berusaha untuk memahami nya; suatu hasil
karya seni kaligrafi bisa di selesaikan hanya dalam hitungan detik, oleh
karena itu, bagi seorang yang tidak memahami kaligrafi Jepang, mereka
tidak akan bisa menghargai seberapa besar tingkat kesulitan yang ada
dalam suatu karya seni kaligrafi.
Yang perlu di ingat bahwa, karakter-karakter
yang di tulis di sebuah karya seni kaligrafi hanya boleh di tulis satu
kali coretan. Tidak boleh ada pengulangan, penambahan atau finishing di
suatu karya seni kaligrafi.
Sejarah Singkat Shodo
Sejarah kaligrafi Jepang dapat di lihat
kembali ke asalnya yaitu kebudayaan Cina dan penciptaan sistem tulisan
cina itu sendiri kira-kira sekitar 4.500 tahun yang lalu. Kaligrafi
telah di kembangkan dalam waktu yang sangat lama pada saat dibawa nya ke
Jepang yaitu sekitar abad ke 6 bersamaan dengan awal mulanya sistem
menulis cina (kanji) masuk ke Jepang.
Di masa Heian, orang Jepang
sudah memulai menunjukkan pencapaian yang cukup luar biasa di dalam
bentuk seni yang baru “Three Great Brushes” (atau sanpitsu) oleh pendeta
Buddha, Kuukai (774 - 835), Kaisar Saga (786 - 842) dan petugas
kekaisaran Tachibana no Hayanari (778 - 842) telah mencapai pendewaan
gaya kaligrafi yang kemudian menjadi popular dari master Cina T’an, Yan
Zhenqing (709 - 785).
Ada 5 script dasar di dalam kaligrafi Cina:
tensho (seal style), reisho (clerical style), kaisho (block style),
gyosho (semi-cursive style), sosho (cursive stye, atau di sebut “tulisan
rumput”). Ke lima-lima nya ini telah muncul sebelum akhir abad ke 4.
Sebagai tambahan, orang Jepang telah mengembangkan karakter kana
sepanjang abad ke 8, karakter-karakter yang melambangkan bunyi ini
bertolak belakang dengan karakter yang di pakai sebagai ideographic
(kanji). Tiga jenis kana telah di kembangkan yaitu, manyogana, hiragana
dan katakana.
Manyogana adalah karakter Cina tertentu
(kanji) yang di gunakan secara phonetik untuk melambangkan syllable
Jepang, dan di beri nama setelah koleksi poetry Manyoshu di abad ke 8.
Di saat koleksi ini di kompilasi, orang Jepang belum memiliki sistem
tulisan mereka sendiri. Sebagian poem Jepang di tulis dalam
karakter-karakter Cina yang di pakai secara phonetic, dan yang lainnya
karakter-karakter Cina terkadang di gunakan secara phonetic dan secara
ideographic. Oleh karena itu, denga penggunaan penyederhanaan yang
drastis, muncul lah hiragana dan katakana. Dan di tangan para bangsawan
Jepang wanita, hiragana di kembangkan ke dalam script yang indah yang
menjadi gaya kaligrafi khas Jepang.
Hampir tidak ada contoh seorang pun yang
meskipun dia adalah jenius yang bisa menciptakan karya seni yang luar
biasa tanpa latihan dengan menggunakan referensi ke tradisi zaman dulu.
Agar dapat menguasai aturan-aturan nya, seseorang harus belajar dan
menguasai teknik-teknik dan mengikuti nilai-nilai moral para guru masa
lalu.
Cara Membuat Shodo
Keindahan kaligrafi tentunya tidak terlepas dari peralatan yang digunakan.
Yang pertama adalah shitajiki, berupa alas
untuk menulis. Biasanya alas ini berbahan semacam kain flannel yang
permukaannya lembut dan berwarna hitam.


Kedua adalah bunchinatau pemberat kertas berbentuk balok yang terbuat dari besi.

Peralatan lainnya yaitu kertas untuk menulis.
Kertas yang digunakan bukan sembarang kertas, melainkan kertas yang
tipis dan ringan, namun tahan lama dan dapat menyerap tinta. Kertas
khusus ini dikenal dengan hashi, berupa kertas dengan dua permukaan
berbeda, di mana sebelah permukaannya kasar, sedangakan permukaan
sebaliknya halus. Bagian inilah yang dipakai saat menulis kaligrafi.
Ukuran hanshi umumnya berkisar antara 24 x 32,5 hingga 26 x 35 cm.

Selanjutnya adalah perlengkapan yang paling
utama dalam pembuatan kaligrafi, yaitu kuas yang dinamakan fude. Ada
berbagai macam bentuk fude, mulai dari kecil hingga besar. Fude ukuran
besar biasanya digunakan untuk membuat tulisan, sedangkan yang kecil
digunakan untuk membubuhkan tanda tangan si pembuat kaligrafi. Batang
fude terbuat dari bambu atau kayu pohon, sedangkan bulunya terbuat dari
bulu hewan, seperti domba, musang, rakun, rusa, bahkan ekor kuda. Bulu
itu kemudian diikat dan ditempelkan pada batang fude. Rapi tidaknya
ikatan bulu fude sangat mempengaruhi tekstur tulisan. Tidak hanya fude
saja tetapi juga tinta yang dipakai juga mempengaruhi hasil tulisan.

Tinta yang dipakai untuk seni kaligrafi bisa
berupa tinta botolan, namun agar hasil tulisan lebih maksimal, biasanya
digunakan sumi, berupa tinta yang dipadatkan. Cara mencairkan sumi
sangatlah mudah, cukup dengan menambahkan air lalu menggosok-gosokannya
dalam wadah besi yang disebut suzuri.

Suzuri, wadah untuk tinta

Sebelum menulis kaligrafi, perlengkapan itu
ditata sesuai aturan. Hanshi diletakkan di atas shitajiki, kemudian di
bagian atasnya beri pemberat bunchin agar tidak bergeser ataupun tertiup
angin. Sedangkan suzuri yang sudah berisi tinta sumi diletakkan di
sebelah kanan bersebelahan dengan fude. Kadang-kadang fude juga
diletakkan di atas fudeoki, yang mirip seperti balok kecil untuk
menyimpan sumpit.

Contoh Shuuji/shodo
http://itazurakurabu14.tumblr.com/post/55861977727/belajar-shodo-shuuji
http://senirahmat.blogspot.co.id/2011/10/sejarah-singkat-shodo.html